Inilah Kebiasaan Buruk yang Merusak Ban Mobil (Bag.1)

Ba­nyak tindakan atau kebiasaan pengemudi yang bisa merusak atau memperpendek umur pakai ban. Bila dibiarkan, tentu Anda akan mengeluarkan biaya ekstra atau bahkan mengundang bencana.

Agar tidak terjadi, tentu Anda perlu mengetahui beberapa perilaku berken­dara atau pun hal teknis yang kerap terabaikan.
Mengemudi dengan tekanan angin kurang atau kelebihan angin
Tekanan ban yang tidak sesuai rekomendasi produ­sen mobil menjadi salah sa­tu penyebab kerusakan ban atau mempersingkat usia pakainya. Ban yang kem­pis membuat hambatan gulir (rolling resistence) bertambah, BBM semakin boros, sehingga ban menjadi ekstra panas dan akhirnya mengurangi daya ta­hannya. Bila kondisi ini sering terjadi atau berlangsung dalam jangka waktu lama akan menyebabkan keausan di sisi kiri dan kanan ban dan berpoptensi terhadap ban pecah.

Begitu pula dengan kelebihan angin, juga tidak baik bagi ban. Dengan tekanan angin terlalu tinggi akan menciptakan bentuk menonjol di bagian tengah tapak. Dampaknya, area te­ngah itu menanggung seluruh beban dan bobot mobil hingga memaksanya aus lebih cepat dibanding area pinggir. Plus, daya cengkeram ban menjadi tidak maksimal sehingga sangat berbahaya saat melewati jalan basah.

Jadi yang paling tepat adalah menggunakan ban de­ngan tekanan angin yang sesuai dengan rekomendasi pabrikan. Anda bisa melihat aturannya di buku petunjuk berkendara atau label yang ditempel di pilar dekat pintu pengemudi. Di sana tercantum tekanan angin ban depan dan belakang de­ngan kondisi mobil kosong atau membawa penumpang.

Whell alignment tidak sesuai standar
Whell alignment atau keselarasan roda memainkan peranan penting dalam umur pakai ban. Wheel alignment yang tidak tepat akan menyebabkan keausan atau kerusakkan ban.

Contohnya bila camber-nya negatif akan menyebabkan sisi dalam ban akan lebih cepat aus. Sebaliknya, bila camber positif maka sisi luar ban yang menipis lebih dulu. Untuk aplikasi jalan raya camber seharusnya 'nol'.

Wheel alignment yang tidak tepat juga bisa membuat tapak ban bergelombang atau menggelembung. Bahasa kerennya cupping atau scalopping. Agar hal ini tidak terjadi, Anda hanya perlu melakukan penyelarasan ulang di bengkel secara berkala atau setiap 20.000 km.

Mengemudi agresif
Mengemudi dengan agresif antara lain adalah berakselerasi hingga ban spin, menikung dengan kencang dan kerap melakukan hard braking. Perilaku se­perti ini bisa merusak tapak ban. Yang bisa terjadi adalah keausan pada satu titik (spot wear) yang membuat ban tak lagi bundar atau terkikis secara tidak wajar (thread chipping).

Bersambung....