Dari luar,
sosok 107 terlihat kompak dengan dimensi panjang 3.430 mm, lebar 1.630
mm, serta tinggi 1.470 mm. Dengan postur thbuh yang tambun, posisi duduk
di belakang kemudi masih terasa nyaman. Kaki masih bisa selonjoran
ketika setelan bangku dimaksimalkan ke belakang. Rute test ride dengan menempuh Bandung-Cileunyi via tol Padaleunyi.
Ada satu perbedaan mencolok yang dirasakan di kabin yaitu kesan mewah mobil Eropa yang selama ini melekat
pada Peugeot seperti luntur. Ini terlihat dari material plastik yang
digunakan pada konsol utama, tepatnya pada tombol pengatur pendingin dan
sirkulasi udara.
Pengaturan spion samping masih manual, begitu central lock yang
harus menekan tombol pada pintu pengemudi, tidak seperti model Peugeot
lain yang biasanya di tengah dashbord. Audio juga menggunakan tipe lawas
1-DIN. Desain speedometer dan takometer terlihat unik karena terpisah
dari dashbord, dengan dua lingkaran saling terhubung, mirip konsep yang
ditawarkan Chevrolet Spin atau Aveo.
Menariknya, Peugeot dilengkapi pemindah gigi persneling "paddle
shift" sweperti di mobil balap F-1. "(Peugeot) 107 memang menawarkan
sesuatu yang berbeda dibandingkan kompetitor. Meskipun kami tahu segmen
ini pasarnya tidak besar," ujar Constantinus Herlijoso, Chief Executive
Officer Peugeot Indonesia di sela pengujian.
Dalam perjalanan pulang menuju pintu tol Pasteur, rombongan harus
melalui jalan yang ramai. Sempat tersendat di depan Pasar Sukajadi, tapi
dengan bodi yang kompak, selap-selip di tengah kemacetan dengan mudah
dilakukan. Sampai akhirnya masuk ke tol, waktunya pedal gas diinjak
lebih dalam.
Dibekali mesin 3-Silinder 998 cc, 107 mampu menghasilkan tenaga 69 PS
pada putaran 6.000 rpm dan torsi 94 NM pada 3.600 rpm. Dengan posisi
tuas transmisi di "D", tidak terasa ternyata kecepatan 107 sudah
menyentuh 110 kpj. Padahal, pedal gas belum dibejek habis. Kian tinggi
kecepatan, lingkar kemudi terasa berat sehingga mantap di genggaman,
suspensi nyaman! Tidak ada gejala "melayang" yang biasa dirasakan pada
mobil MPV 7-penumpang.
Ketika lalu-lintas mulai padat, tuas transmisi dipindahkan ke posisi
sport (manual). Kondisi ini efektif untuk menyusul kendaraan di depan.
Untuk transmisi ini, city car dari negeri Benua Biru ini sudah
dilengkapi teknologi 2Tronic. Perpindahan gigi makin asyik dengan
menggunakan tuas di lingkar kemudi. Terasa Gesit! Tapi, putaran mesin
harus di jaga di atas 3.000-4.000 rpm supaya tidak kehilangan momentum.
Dalam kecepatan tinggi, suara dalam kabin cukup bising. Kondisi
diperparah dengan hembusan pendingin udara (AC) yang diposisikan level
II karena cuaca cukup terik. Suara bising bisa berkurang jika AC
menggunakan level I, tapi pendinginan kurang maksimal.
Posisi lubang AC tengah yang ada di atas dashbord juga tidak efektif
menyalurkan udara dingin ke dalam kabin. Praktis, pengemudi dan
penumpang depan hanya bisa memaksimalkan lubang yang ada di
masing-masing sisi luar dashbord saja.
Kesimpulan
Dari segi fitur, Peugeot menawarkan banyak kelebihan teknologi
ketimbang mobil Jepang atau Korea yang ada di pasar. Sebut saja berbagai
fitur keselamatan seperti 4 titik kantung udara (Airbag), ABS dengan
EBD, Electric Assist Power Steering dan Cornering Stability Control yang
ditawarkan. Fitur ini belum dimiliki rival lain seperti Kia Picanto,
Suzuki Splash, Hyundai i10, Chevrolet Spark, Nissan March, Honda Brio
dan Mitsubishi Mirage yang bersaing di Segmen A atau lebih dikenal
dengan City Car.
Tapi, dari segi harga Peugeot 107, justru bersaing dengan Segmen B
atau Hatcback menengah seperti Toyota Yaris, Honda Jazz, Chevrolet Aveo,
Ford Fiesta, Mazda2, dan Suzuki Swift. Peugeot 107 dibandrol Rp 184,9
juta (off-road) atau Rp 202 juta on the road Jakarta.
Karakteristik 107 seperti mencerminkan usaha pabrikan menawarkan
paket lebih dari produk kolaborasi antara Toyota dan PSA Peugeot -
Citroen ini. Di Jepang, Toyota memasarkan produk yang sama dengan nama
Agyo, sedangkan Citroen C1 berbagi pasar dengan Peugeot di Eropa. Jadi
tidak salah kalau mobil ini disebut sebagai "Produk Jepang, Citarasa
Eropa.